Langsung ke konten utama

Artikel Islam #1: Sesat Menyesatkan Adalah Hak Allah dan RasulNya

Judul               : SESAT MENYESATKAN ADALAH HAK ALLAH DAN RASULNYA
Waktu             : Agustus 14, 2015
Penulis             : bidahmunkaroh  (Agus Santosa Somantri)
Artikel             :
SESAT MENYESATKAN ADALAH HAK ALLAH DAN RASULNYA
Seringkali para pembela Tauhid para pembela sunnah mendapatkan cemo’ohan sebagai kelompok yang mudah dan gemar menyesatkan orang atau kelompok lain.
Perlu diketahui bahwa Islam melarang menuduh sesat, ahli bid’ah, musyrik, kafir terhadap seseorang atau suatu kelompok, kecuali memang disesatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tanpa ada keterangan yang jelas dan shahih, maka sesungguhnya tuduhan “sesat” atau “kafir” akan kembali kepadanya.
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ.
“Dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya”. (H.R Bukhari no 6105).
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لاَ يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوْقِ وَلاَ يَرْمِيْهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ.
“Tidaklah seseorang menuduh orang lain sebagai fasiq atau kafir maka akan kembali kepadanya jika yang dituduh tidak demikian”(Bukhari no 6045).
Dengan dalil-dalil tersebut maka tidak dibenarkan asal menuduh orang lain dengan tuduhan “sesat” atau “kafir” tanpa ada bukti yang dibenarkan oleh syari’at. Karena ucapan tersebut ada konsekuensinya.
Imam Al Qurthubi berkata,”Bab takfir (kafir mengkafirkan) adalah bab yang berbahaya, banyak orang berani mengkafirkan, merekapun jatuh (dalam kesalahan) dan para ulama besar bersikap tawaquf (hati-hati) merekapun selamat, dan kita tidak dapat membandingkan keselamatan dengan apapun juga”. (Fathul bari 12/314).
Menuduh atau mengatakan sesat seseorang atau suatu kelompok harus berdasarkan petunjuk dari Allah Ta’ala, karena hanya Allah Ta’ala yang mengetahui siapa yang sesungguhnya sesat.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَن يَضِلُّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
”Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al-An’am: 117).
Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menuduh sesat seseorang atau suatu kelompok, bukan berarti tidak boleh mengatakan sesat terhadap seseorang atau suatu kelompok kalau memang seseorang atau suatu kelompok tersebut benar-benar sesat.
Ketegasan mengatakan sesat seseorang atau suatu kelompok diperlukan supaya tidak merajalela kesesatan ditengah-tengah umat. Dan umat tidak terjerumus kedalam kesesatan.
Untuk mengatakan sesat seseorang atau suatu kelompok maka harus berdasarkan :
1. Keterangan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Petunjuk para Ulama yang akidahnya selamat
Apabila sudah nyata sesatnya seseorang atau suatu kelompok, tapi kita tidak berani mengatakannya, kita diam. Maka laknat Allah berlaku kepada orang yang menyembunyikan kebenaran.
Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُون
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati”. [QS. Al-Baqarah : 159-160].
Al-Qurthubiy rahimahullah berkata :
أخبر الله تعالى أن الذي يكتم ما أنزل من البينات والهدى ملعون
“Allah ta’ala telah mengkhabarkan orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk yang diturunkan Allah termasuk orang yang terlaknat”.
وقيل: المراد كل من كتم الحق، فهي عامة في كل من كتم علما من دين الله يحتاج إلى بثه،…….
Dikatakan juga bahwa yang dimaksud orang yang terlaknat tersebut adalah orang yang menyembunyikan kebenaran. Dan hal itu berlaku umum bagi setiap orang yang menyembunyikan ilmu agama Allah yang seharusnya disebarluaskan.
Karena dasar itulah dalam sejarah Islam di setiap kurun, waktu, senantiasa ada para pembela al-haq. Mereka adalah ibarat cahaya bulan purnama yang menerangi umat, membimbing dan membentengi umat dara para pelakon sesat.
Ketika muncul bid’ah Khawarij dan Syi’ah, Allah Subhanahu wa Ta’ala merobohkan makar mereka dengan memunculkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Sa’at Al-Qadariyah hadir, maka Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhum dari kalangan sahabat yang utama melawan faham sesat mereka.
Washil bin ‘Atha’ dengan paham Mu’tazilahnya dipatahkan Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan lain-lainnya dari kalangan utama tabi’in.
Ketika merebak Syi’ah Rafidhah, maka Al-Imam Asy-Sya’bi, Al-Imam Syafi’i, dan para imam Ahlus Sunnah lainnya menghadapi dan menangkal kesesatan Syi’ah Rafidhah.
Jahm bin Shafwan yang mengusung Jahmiyah juga diruntuhkan Al-Imam Malik, Abdullah bin Mubarak, dan lainnya.
Demikian pula tatkala menyebar pemahaman dan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk bukan Kalamullah. Maka, Al-Imam Ahmad bin Hanbal tampil memerangi pemahaman dan keyakinan sesat mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memunculkan para pembela risalah-Nya. Mereka terus berupaya menjaga Tauhid dan As-Sunnah, dan kemurnian Islam dari makar ahli bid’ah.
Bermunculan para imam, seperti Al-Imam Al-Barbahari, Al-Imam Ibnu Khuzaimah, Al-Imam Ibnu Baththah, Al-Imam Al-Lalika’i, Al-Imam Ibnu Mandah, dan lainnya dari kalangan imam Ahlus Sunnah.
Lantas pada kurun berikutnya, ketika muncul bid’ah sufiyah, ahlu kalam dan filsafat, hadir di tengah umat para imam, seperti Al-Imam Asy-Syathibi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta murid-muridnya, yaitu Ibnul Qayyim, Ibnu Abdilhadi, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, dan lainnya rahimahumullah.
Semoga Allah Ta’ala melimpahkan rahmat dan keutama’an kepada para pembela Tauhid, para pembela Sunnah yang terdahulu maupun yang kemudian.
برك الله فيكم
Agus Santosa Somantri
Allahu ‘alam bishawwab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lingkaran Ukhuwwah #3: Nataijul Ibadah (Buah Ibadah)

NATAIJUL IBADAH (BUAH IBADAH) Allah swt. telah menetapkan tujuan penciptaan manusia dan jin, yaitu untuk beribadah kepadaNya. Allah swt. berfirman: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”  (Adz-Dzaariyat 51: 56) Ibadah dalam Islam mencakup seluruh sisi kehidupan, ritual dan sosial, hablumminah (hubungan vertikal) dan hablumminannas (hubungan horizontal), meliputi pikiran, perasan dan pekerjaan.  (قلُْ إنَِّ صَلاتيِ وَنسُُكِي وَمَحْياَيَ وَمَمَاتيِ لِِلَِّّ رَ ِّب ا لْعَالمَِينَ )١٦٢ “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”  (Al-An’am 6: 162) Ibadah yang benar manakala terpenuhi dua syarat , yaitu ikhlas karena Allah swt. dan sesuai aturan syari’at. Allah berfirman: “Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”  (Al-Mulk 67: 2) ...

Fluktuasi Iman

IBNU ABDILBARR berkata, "Iman bertambah dan berkurang". Inilah keyakinan yang dianut sekelompok ahlus sunnah, fuqaha, dan ahli fatwa dari berbagai wilayah. Di antara dalil-dalilnya adalah firman Allah, yang artinya: "Untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada)."   (QS. Al-Fath: 4) Dan firman-Nya, yang artinya: "Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka."   (QS. Al-Ahzaab: 22) Nabi shalallahu 'alaihi wasallam  bersabda kepada kaum wanita, "Aku tidak melihat wanita-wanita kurang akal dan agama, namun mampu mengalahkan orang-orang berakal, melebihi kalian."  [1] At-Turmudzi berkata dalam bab kesempurnaan iman bahwa, "Iman itu dapat bertambah dan berkurang."  Selanjutnya dalam bab ini, At-Tirmidzi menyebutkan hadits Aisyah ia berkata, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Sesungguhnya orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik budi peke...

Tahlilan (Pro dan Kontra)

[TENTANG TAHLILAN/KENDURI] Penulis             : Ustadz Maaher At-Thuwailibi hafidzahullah Isi                    : Polemik tentang tahlilan memang merupakan suatu hal yang cukup fenomenal. sampai-sampai masalah tahlilan ini sempat di perdebatkan secara terbuka oleh dua tokoh islam ternama; Dr. Firanda Andirja,Lc.MA (kalangan yang kontra) VS KH. Muhammad Idrus Romli (kalangan yang pro). Kalau di tanah kelahiran kami (medan sumatera utara), kami orang melayu menyebutnya dengan istilah “kenduri”. Sebagian orang menyebutnya “kenduri arwah”. sebagian yang lain menyebutnya “kirim do’a”. Yang tidak bisa di pungkiri ialah, bahwa tahlilan ini sudah menjadi tradisi yang mendarah daging dikalangan kaum tua (NU ataupun Al-Washliyyah). bentuknya, dengan kumpul-kumpul di rumah duka/ahlul bait yang di tinggal mati, lalu membaca wirid-wirid...